Indonestoday.com - Generasi Z, yang didefinisikan sebagai individu yang lahir antara tahun 1996 dan 2010, menghadapi tantangan kesehatan mental yang unik.
Menurut laporan dari World Health Organization (WHO), angka depresi di kalangan remaja di seluruh dunia telah meningkat sebesar 37% dari tahun 2000 hingga 2015.
Angka ini menunjukkan betapa pentingnya perhatian yang dibutuhkan untuk kesehatan mental generasi Z.
Baca Juga: Politik Etis dalam Diplomasi: Bagaimana Negara-negara Dapat Bekerja Sama Dengan Integritas
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan mental generasi Z adalah tekanan sosial yang berasal dari lingkungan sekitar.
Generasi ini dibesarkan dalam dunia yang terkoneksi secara digital dan selalu terpapar melalui media sosial, sehingga sangat mudah untuk dibandingkan dengan orang lain.
Ini dapat menyebabkan rasa tidak puas diri dan tekanan untuk selalu tampil baik di depan orang lain.
Baca Juga: Resep Rujak Mangga Muda, Camilan Favorit Bumil
Selain itu, generasi Z juga diharuskan untuk mengatasi masalah yang lebih kompleks daripada generasi sebelumnya.
Mereka harus mengatasi perubahan iklim, masalah ekonomi, dan ketidakadilan sosial yang semakin meningkat.
Ini dapat menyebabkan rasa tidak berdaya dan kesepian.
Baca Juga: Review Game Diablo Immortal, Game Mobile Grafis Terbaik dari Diablo
Untuk mengatasi masalah ini, generasi Z harus belajar cara mengatasi tekanan sosial dan meningkatkan kesehatan mental mereka.
Ini dapat dilakukan dengan cara-cara seperti menjaga jarak dari media sosial, mencari dukungan dari teman dan keluarga, dan mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Artikel Terkait
Orang Tua Harus Tahu!! 6 Ciri Gangguan Mental pada Remaja. Bisa Memacu Bunuh Diri Loh!!
Mengatasi Kelelahan Psikis: 5 Langkah Penting untuk Menjaga Kesehatan Mental
Cara Menghindari Lingkungan Kerja Toxic Biar Ga Kena Mental Health